Berita
Sandiaga Uno: Ada 83 Juta Millenial untuk Jadi Entrepreneur Muda

Gerakan Wirausaha Muda (GerakMu) digelar di Balairung Universitas Indonesia, Depok, Sabtu (13/7/2019) lalu. Sandiaga Uno (Founder PT. Saratoga InvestamaSedaya) hadir menjadi keynote speaker di hadapan para mahasiswa calon entrepreneur muda.

Dalam presentasinya, Sandiaga Uno mengajak generasi muda, khususnya para mahasiswa untuk bermitra dengan “Rumah Siap Kerja”, sebuah tempat pelayanan terpadu satu pintu, khusus anak muda (17-40 tahun). Juga tempat anak muda mendapatkan bimbingan karir dan kemudahan mengakses lowongan kerja (bursa kerja), pelatihan maupun beasiswa.

“Rumah Siap Kerja menjadi tempat berkumpul, berkenalan, berbagi pengalaman dan beraktifitas positif bagi anak muda. Diharapkan, anak muda yg mencari lapangan kerja segera produktif. Eh, gak tahunya saya yang butuh lapangan kerja, karena saya nggak punya kerjaan alias jobles. Saat ini saya jadi pengacara, pengangguran banyak acara,” kata Sandi berkelakar.

Sandi berpesan, selagi muda harus mampu ciptakan peluang-peluang. Harapannya, anak muda menjadikan Indonesia sebagai negara maju dan sukses. Karena itu, masa depan negeri ini ada di anak muda. The Future is now. Diprediksi, Indonesia akan menjadi ekonomi nomor tujuh terbesar ditahun 2030. Sekitar 10 tahun dari sekarang.

“Kita akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Karenanya, mari kita memulai usaha, menggagas kegiatan positif, sehingga ekonomi tak dikuasai pihak lain. Sekali lagi, kuncinya ada di tangan anak muda dengan menyatakan kesiapannya menjadi interpreneur,” ujar Sandi.

Sandi menjelaskan, Indonesia adalah negara yang penduduknya mayoritas usia produktif (dibawah 30 tahun). Tercatat, ada 83 juta millenial. Dengan jumlah itu, harus ada satu lokomotif yang membawa ekonomi Indonesia sukses. Terlebih, 34 % populasi Indonesia anak muda, generasinya produktif, bebas cara berpikirnya, inovatif, optimis, dan selalui menyikapi sesuatu dengan positif.

“Bicara generasi muda ke depan, Gerakan wirausaha muda bisa menjadi solusi, dimana kuota makanannya, sinyal nafasnya. Kita punya PR besar, entreprenuer jumlahnya masih 3%, dan itu pun karena by accident, bukan opputunity (peluang). Itu dilakukan karena keterpaksaan, tidak mampu medapatkan lapangan kerja. Karena itu kita harus mengubah ekosistem. Karena itu manfaatkan peluang yang ada.

“Seperti diketahui, 99,9 % usaha itu berasal dari UKM, dan 97 % lapangan kerja diciptakan oleh UKM. Namun, sangat disayangkan belum ada keberpihakan untuk anak muda dana menciptakan lapangan kerja. Keluhan UKM itu biasanya, perizinan dipesulit. Saat ini ada 90 ribu pegiat OK OC, mulai dari Sabang-Merauke.

Saat ini ada 61 % pengangguran dari kalangan anak muda, 17-24 tahun. Saya pernah di PHK th 1997, bahkan saya mengalami susah mencari lapangan kerja. Akhirnya saya diberi peluang usaha, diawali dengan sebab “kecelakaan” , yakni sebagai konsultan keuangan untuk mencari solusi, lalu berkembang menjadi investasi. Alhamdulillah ada 30.000 karyawan di seluruh Indonesia. Yo can do it, yes we can.”

Terpenting, lanjut Sandi, bangun silaturahim atau networking untuk mengenal satu sama lain, tengok kiri- kanan, depan- belakang. Maka, teman kita menjadi aset. “Karena itu. Bertemanlah dengan teman yang membawa aura postif. Jangan berteman dengan kawan yang suka galau, nyinyir, baper, karena itu sangat menular.”

Sandi memberi tips untuk menciptakan entrepeneur muda dengan 7 P, yakni Pendaftaran, Pelatihan, Pedampingan, Perizinan, Pemasaran, Permodalan, dan Laporan Keuangan.

“Pendampingan misalnya, sangat diperlukan bagi pengusaha yang sedang jatuh. Pendampingan disini bukan birokrat atau aparatur sipil, tapi pengusaha sukses. Begitu juga soal perizinan, mengingat banyak di daerah yang mengeluhkan sulitnya mendapat izin usaha,” ungkap Sandi. (des)

Informasi